Monday, September 30, 2013

Long Road #5 : Simak UI

Setelah menemui jalan buntu di babak SNMPTN dan SBMPTN, bidikan langsung dialihkan ke babak mandiri. Ternyata babak mandiri terdekat setelah SBMPTN ya ini, Simak UI. Seleksi Masuk Universitas Indonesia. Universitas (yang katanya) terbaik di Indonesia. Universitas yang identik dengan jas kuning, bis kuning, dan ikon-ikon lainnya.


Pelaksanaan ujian simak UI dilaksanakan di banyak kota di Indonesia, salah satunya di Surabaya. Nah, di Surabaya inilah aku ujian simak UI. Lebih tepatnya di komplek SMP-SMA Al-Hikmah Surabaya. Ya, bisa dilihat sendiri lokasi "pertumpahan darah" bertajuk Simak UI hahaha. Aku nggak sendiri ikut pertempuran ini. Anak VECTOR juga banyak yang ikut simak UI. Aku di lantai 2, ruang 39. Eh ternyata Novan ruang 40, sebelahan haha. Ada juga Kania yang satu ruangan sama Novan. Turun satu lantai, ada Naufal alias Gipang. Sebenarnya tes simak nggak cuma disini. Untuk jurusan IPS (dan mungkin juga IPC) bertempat di SMAN 9 Surabaya. Disana ada Ayu, kan dia ambil jurusan IPS.


Langsung aja wes. Aku ikut simak ini, jujur persiapanku minim sekali. Disamping tidak terlalu mempersiapkan untuk ujian mandiri, sebelumnya juga nggak pernah melirik UI sebagai destinasi kuliah. Tapi keadaan emang gabisa dibohongi. Keadaan pikiran yang kacau setelah gagal di 2 jalur sedikit banyak bikin panik. Mamaku langsung menurunkan perintah buat mencari info ujian mandiri yang masih buka. Jarak antara pengumuman SBMPTN dan pelaksanaan simak UI hanya sekitar 10 hari. Itupun aku ada acara selama 4 hari di luar kota. Jadi bersihnya, aku cuma punya waktu 6 hari untuk mempersiapkan diri buat simak UI.


Waktu 6 hari itu kalau diingat-ingat itu sibuk banget. Selama 4 hari pertama, aku ikut "kursus kilat" di salah satu LBB di Surabaya. Selama 4 hari itu juga, aku pertama kali kenalan sama soal-soal simak. Langsung mencoba memahami jenis soalnya (meskipun juga nggak paham hehe). Lalu setelah 4 hari memaksimalkan semuanya, 2 hari terakhir aku tidak terlalu memforsir diri. Fokus utama dialihkan kepada ujian mandiri selanjutnya, UM UGM. Tapi bukan berarti 2 hari itu aku santai. Aku masih serius, aku masih belajar. Hanya saja niatnya yang berubah. Karena hatiku saat itu terlanjur diisi oleh UGM daripada UI.


Saat hari pelaksanaan ujian, semua berjalan lancar. Sejak membuka mata menyambut mentari pagi, tak ada yang terlalu istimewa. Berangkat menuju tempat ujian, menunggu beberapa lama hingga akhirnya masuk ke ruang ujian. Sampai didalam, pengawas bacain peraturan, bagi LJK, cek identitas, dan akhirnya membagikan lembar soal. Oiya, ini kartu peserta Simak UI :D


Halaman Pertama

Halaman Kedua


Nah, disinilah pertempuran itu. Semua persiapanku (walaupun minim) ditentukan pada jawaban soal-soal ini. Satu per satu soal dibaca, dan ternyata emang SUSAH. Soal-soal Simak UI yang terkenal susah itu terbukti. Bikin mules -_- Kalau biasanya lebih banyak ngerjakan daripada bengong, ini kadar ngerjakan dan bengong (karena gak bisa) kurang lebih sama -_- Dari sini aku udah tawakkal, apapun hasilnya nanti ._.


Jarak dari tes sampai ke pengumuman ini lama sekaleee. Jadi sambil menunggu, aku ikut ujian mandiri dari universitas lain (diceritakan pada postingan lain). Hingga akhirnya pengumuman itu muncul. Ini yang aku temukan.




Aku gagal (lagi). Aku udah 3 kali gagal. Memang berat menerima 3 kali kegagalan dalam mendapatkan satu bangku di PTN. Tapi ada yang lebih berat dari itu, mengabarkan kepada orang tua. Ya, mengabarkan kepada orang tua itu lebih berat daripada menerima kenyataan ini. Setelah orang tua tahu hasil ini, mamaku ngomong "Wes yo, kon wis gagal ping telu. Gak nyesel ta nek hasile ngene terus?" (translate: sudah ya, kamu udah gagal 3 kali. Nggak nyesel ta kalau hasinya begini terus?). Kekhawatiran orang tua memang sangat beralasan. Aku juga nggak bisa mengubah yang udah terjadi. Aku hanya bisa melupakan UI, dan fight pada ujian yang lain.


Buat pembaca yang mau masuk UI, saranku banyak-banyak belajar soal Simak deh. Biar tau gerbang masuk UI. Kalau nggak tau gerbangnya, kan nggak tau mau masuk lewat mana hehehe.


Sampai ketemu di cerita yang lain ^^

Saturday, September 21, 2013

Long Road #4 : Ujian Mandiri

Setelah ditolak mentah-mentah di SNMPTN dan SBMPTN, mamaku langsung nurunin SP (Surat Perintah #halah) buat mencari info sebanyak-banyaknya tentang ujian mandiri yang masih membuka pendaftaran. Hasilnya, beberapa ujian mandiri berhasil dideteksi.


  • Simak UI (Universitas Indonesia)
  • UM UGM (Universitas Gadjah Mada)
  • Smits ITS (Institut Teknologi Sepuluh November)
  • Selma UB (Universitas Brawijaya)
  • UM Unej (Universitas Negeri Jember)
  • UM Unud (Universitas Udayana)
  • UMB-PT (Gabungan beberapa universitas)
  • UTM IPB (Institut Pertanian Bogor)

Ternyata masih banyak sekali jalan untuk mendapatkan kursi di PTN. Gimana ceritanya? Bisa dibaca di postingan-postingan yang lain. Kalau masih belum ada, harap bersabar. Mungkin masih dalam tahap pengetikan :) (kuota modem terbatas hehehe)

Monday, September 9, 2013

Long Road #3 : SBMPTN


Nah, ini dia fase kedua dalam memperebutkan kursi di PTN. Setelah gagal di SNMPTN (baca: Long Road #2 : SNMPTN), aku mendaftarkan diri di jalur ini. Persaingan disini nggak semakin mudah. Selain bersaing melawan sesama angkatan 2013, aku juga harus melawan kakak-kakak kelas angkatan 2011 dan 2012. Mereka yang nggak dapat kursi PTN, atau yang kurang puas dengan jurusan mereka, kebanyakan akan "mengeroyok" jatah kursi bagi angkatan 2013. Persiapkan diri.


Setelah kegagalan di SNMPTN, aku melakukan banyak evaluasi. Aku mencari dimana letak kesalahanku. Bukan untuk diratapi, tapi dijadikan pelajaran. Jangan sampai dua kali jatuh di kesalahan yang sama. Dari sekian banyak evaluasi, semua mengerucut menjadi satu kesimpulan. "Keringat(usaha)ku belum cukup untuk mendapatkan kursi di PTN". Berdasarkan kesimpulan tersebut, semuanya harus lebih digenjot di SBMPTN. Selain itu, aku juga ngerasa, waktu yang mepet (antara pengumuman SNMPTN dan pelaksanaan SBMPTN) nggak akan cukup buat aku, biar keringatku bisa buat masuk kampus idaman, ITB. Karena ini, aku milih ITS sebagai destinasi di SBMPTN (padahal grade sama-sama tinggi hehe). Tapi masih tetap, teknik informatika yang jadi pilihan pertama :D Pilihan kedua teknik industri, ketiga teknik mesin.


Kartu Peserta SBMPTN

Itu kartu pesertaku. Datanya lengkap disitu, jadi gausah dijelasin lagi. No HP nggak dipublish, tanya ke empunya langsung aja #eh hahaha.Kartu peserta itu salah satu perbekalan yang aku bawa ke medan pertempuran dibawah.


Medan Pertempuran

Foto diatas adalah "medan pertempuran"ku di SBMPTN. Ya, salah satu kampus yang terletak di Surabaya Timur, Stikom. Aku nggak berjuang sendirian, Nurdin juga bertempur di kampus ini (aku lantai 3 gedung biru, Nurdin lantai 4 gedung merah). Dan selama 2 hari pelaksanaan, kita berangkat bareng (udah kayak saudara ya wkwk). Sebenarnya pelaksanaan SBMPTN nggak jauh beda dari pelaksanaan tes-tes lain. Datang - menunggu - masuk ruang - isi biodata -  mengerjakan - pulang. Standar kan? Yang berkesan mungkin jam berangkat dari rumah (aku selama 2 hari PP Surabaya-Gresik). Dengan asumsi bahwa ribuan pejuang SBMPTN akan masuk Surabaya pada waktu yang bersamaan, kemungkinan besar macet. Karena itu aku (sama Nurdin) berangkat habis shubuh. Ya lumayan, di jalan itu dingin-dingin gimana gitu hahaha.



  • Hari Pertama

Di hari pertama, yang diujikan adalah TPA (Tes Potensi Akademik) dan Kemampuan Dasar (Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris). Kalau membandingkan bobot, sepertinya hari pertama ini digunakan untuk pemanasan sebelum hari kedua. Tapi meski "cuma" pemanasan, tetap ada mapel yang menjadi titik lemah. Kalau mayoritas mengeluhkan matematika dasar, justru aku lemah di Bahasa Indonesia -_-. Entahlah, jawaban Bahasa Indonesia sering bikin bingung. Dan akhirnya juga nggak diisi karena ragu -___-


  • Hari Kedua

Nah, ini dia. Hari kedua, jadwalnya ujian kemampuan IPA (Matematika IPA, Fisika, Kimia, dan Biologi) / kemampuan IPS (Sejarah, Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi). Nah, ibarat game, hari kedua ini kalian akan ngelawan big boss. Karena hampir 100% akan setuju, kalau ujian di hari kedua lebih sulit daripada hari pertama. Karena hal ini juga, banyak bimbingan belajar yang lebih fokus pada ujian hari kedua daripada hari pertama.



Nggak ada tips khusus buat SBMPTN ini. Standar aja, LATIHAN. Soal SBMPTN ini kan tes tertulis, dan seleksi apapun yang tertulis pasti butuh latihan. Yah, mirip sama pepatah "Tak kenal maka tak sayang" gitu deh. Selain latihan, aku pakai ilmu "Datang, Kerjakan, Lupakan". Jadi setelah keluar dari ruangan, permasalahan selama pengerjaan (bingung, lupa rumus, pusing, kebelet kentut, dll) hanya tinggal kenangan. Saking dilupakanya, ketika koran ***** ngeluarin kunci jawaban resmi, aku nggak lihat. Biar hasilnya nanti menjadi sebuah kejutan :D hehe


Dan memang Tuhan memberikan apa yang telah kita persiapkan. Pada hari pengumuman, kejutan itu muncul. Tadaaaaa !



Sekali lagi, kata "maaf" terpampang dengan jelas di layar pengumuman. Ya, sekali lagi aku gagal mendapatkan sebuah kursi di PTN. Gimana rasanya? Jujur kecewa, tapi aku udah ngasih yang terbaik. Jadi apapun hasilnya, itu yang terbaik :D Pengalaman di SNMPTN benar-benar membantu. Butuh waktu sekitar 1-2 jam, "luka" ini sudah terobati. Setelah lukanya sembuh, langsung deh cari jalan lain. 


"Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving" - Albert Einstein



Habis ini cerita di ujian-ujian mandiri. Percaya sama aku, cerita dan pengalaman ujian mandiri itu JAUH LEBIH SERU daripada SBMPTN, apalagi SNMPTN :D

Wednesday, September 4, 2013

Long Road #2 : SNMPTN

Ini dia gerbang pertama menuju PTN idaman. Mulai tahun 2013, seluruh lulusan SMA/sederajat dapat mengikuti jalur ini. Jadi pesaingnya, ya seangkatan seluruh Indonesia. Jalur ini juga jalur yang paling diingini hampir seluruh pendaftar. Alasannya simpel, tanpa tes (nggak perlu belajar lagi). Selain itu, biaya kuliah (UKT) mahasiswa yang masuk lewat jalur ini umumnya lebih murah dari jalur lainnya.


Karena semua bisa ikut dan tidak dipungut biaya (gratis), aku ikut jalur ini (toh nothing to lose juga). Awalnya, sekolah input nilai-nilai di rapot ke PDSS (Pangkalan Data Sekolah dan Siswa). Nilai-nilai inilah yang akan "mewakili" kita berjuang. Setelah sekolah selesai input, biasanya tiap siswa dianjurkan untuk mengecek ulang nilai yang telah di input. Ini untuk meminimalisir kemungkinan kesalahan input nilai yang bisa berujung pembatalan penerimaan mahasiswa baru (serem kan). Nah, setelah semua urusan PDSS selesai, siswa log in ke website SNMPTN. Disitu siswa mengisi data diri dan memilih jurusan pilihannya. Tahunku (2013), setiap siswa bisa milih maksimal 2 PTN, maksimal 2 jurusan di tiap PTN. Jadinya bisa milih 4 jurusan. Berhubung aku pengen masuk informatika, aku milih yang berhubungan dengan itu. Lihat kartu pesertaku aja deh biar jelas :D



Nah, itu kertu pesertaku di SNMPTN. Teknik informatika emang jadi bidikan utama. Pilihan kedua biasanya teknik mesin. Ini usul dari papaku yang dulu juga lulusan teknik mesin. Kalau melihat pilihan diatas, kebanyakan pasti mikir "Gile lu ndro, STEI sama informatika ITS itu gradenya tinggi banget" (sumpah banyak yang dulu bilang gini). Sekali lagi, di postingan sebelumnya aku udah bilang buat nggak main aman, apalagi ini jalur pertama. Aku ingin kampus terbaik. Aku nggak mau hanya main aman. Rata-rata nilai rapotku sekitar 86, jadi mungkin aku "bonek" untuk memilih STEI sebagai pilihan pertama. Tapi gak masalah, aku mengambil resiko itu. Seseorang pernah bilang "Berhati-hatilah ketika engkau merasa puas (aman), itu bisa menjadi awal kehancuranmu"


Oh iya, jika mendaftar melalui jalur ini, banyak guru yang menyarankan untuk memilih jurusan dimana terdapat kakak kelas yang berada di jurusan tersebut. Oke, itu nggak salah. Tapi juga nggak selamanya benar. Ada beberapa universitas yang hanya melihat nilai rapor. Mereka mengabaikan beberapa faktor di luar nilai rapot (akreditasi sekolah, adanya kakak kelas atau tidak, prestasi kakak kelas, dll). Mungkin apa yang aku tulis ini tidak diperkuat data valid. Tapi pengalaman di PTN pilihan satu, ditambah diskusi dengan beberapa kawan menghasilkan kesimpulan yang berwarna merah.


Setelah daftar, lumayan lama sampai hari pengumuman. Saat hari itu tiba, ini yang aku temukan pada layar monitor



Gimana rasanya? DOWN ! Mungkin ini titik terendah dalam 11 tahun perjalananku di pendidikan Indonesia. Aku buka pengumuman itu waktu maghrib, dan semalaman pikiranku kacau. Oke, aku galau malam itu. Untuk sedikit melupakan pengumuman itu, aku online di social media. Aku cari kabar dari kawan-kawan VECTOR. Ternyata dari 20, 8 anak lolos di jalur ini. Dan kabar gembira ini belum mengobati luka. Aku offline, dan mencoba tidur. Ternyata nggak semudah itu. Aku naik ke kasur jam 20.00, tapi baru bisa tidur jam 22.30. Selama 2,5 jam aku cuma berguling diatas kasur dengan pikiran kacau. Akhirnya aku tidur, dengan harapan mentari pagi bisa membawa harapan baru.


Keesokan harinya, bangun seperti biasa. Aku terdiam beberapa menit, dan aku ingat komitmen yang aku buat sendiri "Galau TIDAK BOLEH lebih dari semalam". Dan pagi itu juga, semangat itu kembali muncul dan membara. Next target : SBMPTN !


"Bukan hanya pahlawan yang mati satu, tumbuh seribu. Semangat juga harus begitu !" ;-)